PERHATIAN !!!

Cerita-cerita yang ada di dalam blog ini adalah hasil karya yang perlu dihargai.. Karena itu jika anda ingin meng-copypaste cerita-cerita ini, harap menyertakan linkback ke blog ini. Terima kasih.

Wednesday, April 28, 2010

Until My Last Breath




 “Erika! Ada apa dengan kakimu?!” Tanya seorang teman kepada Erika.
“Oh, ini. Bukan apa-apa kok. Hanya terkilir sedikit.” Jawab Erika dengan santainya.
“Pasti kamu habis ngebut-ngebutan lagi ya tadi malam?” Tanya temannya yang lain.
“Begitulah….” Sambil tersenyum dan menuju ke kelasnya dengan langkah tertatih-tatih.

“Hey, ketua OSIS! Kerja yang rajin ya!” Kata seorang teman perempuan kepada Carol sambil menepuk pundaknya.
“Hey, Risa. Aku memang selalu rajin bekerja kok. Soalnya, sekretarisku jarang membantuku.” Jawab Carol usil. Karena Risa adalah sekretaris OSIS.
“Hahaha! Bisa saja kamu. Ngomong-ngomong, apa yang kamu lihat di lapangan tadi?” Tanya Risa.
“Oh, tidak. Aku tadi melihat seorang gadis yang kakinya terluka. Tapi sepertinya aku kenal gadis itu.” Jawab Carol.
“Maksud kamu Erika? Tentu saja kamu mengenalnya. Dia kan gadis yang selalu dimarahi oleh guru BK. Karena suka ngebut-ngebutan tiap malam.”
“Oh, iya. Anak itu. Aku baru ingat.” Jawab Carol.
Tapi, sepertinya aku pernah bertemu anak itu sebelumnya…. Atau aku yang salah mengingat ya? Ah, sudahlah. Tidak penting juga. Kata Carol dalam hatinya dan kembali berjalan bersama Risa.

Saat jam pelajaran ke-5, karena tidak ada pelajaran di kelasnya Erika sedang berjalan di koridor. Saat itu dia berpapasan dengan Carol yang sedang sibuk membawa dokumen-dokumen di kedua tangannya. Tiba-tiba angin berhembus dan menerbangkan beberapa lembar dokumen-dokumen yang dibawa oleh Carol.
“Ah! Dokumen-dokumennya…!” Teriak Carol.
Dengan gerak refleks, Erika mengambil dokumen-dokumen itu. Dia mencoba mengejar dokumen yang akan keluar lewat jendela yang ada di dekat mereka.
“Eit! Dapat kau!”  Dengan sigap Erika menangkap lembaran dokumen itu. Tapi….
“Aww!! Kakiku!!” Karena terlalu bersemangat mengambil lembaran-lembaran dokumen itu, dia lupa kalau kakinya sedang terkilir.
“Terima kasih. Apa kamu baik-baik saja?” Tanya Carol yang sudah memegang kembali dokumen-dokumennya dengan mantap.
“Apa aku terlihat baik-baik saja?!” Tanya Erika dengan nada marah dan kemudian mengerang pelan sambil memegang pergelangan kaki kirinya yang terkilir.
“Ah, maaf. Maafkan aku. Aku bantu kamu ke UKS ya. Tunggu sebentar.” Kata Carol. Dia segera mencari-cari orang yang lewat dan meminta tolong kepada mereka untuk membawakan dokumen-dokumennya ke ruang OSIS.
Carol segera membantu Erika berjalan menuju ruang UKS. Carol memegang tubuh Erika karena dia kesulitan berjalan.
Di ruang UKS, Carol membantu Erika menggantikan perban di kakinya. Erika terpana melihat Carol yang dengan cekatan melilit kembali kakinya yang terkilir dengan perban yang baru.
“Wow. Kamu cekatan sekali. Ibuku bahkan tidak bisa melakukannya sampai seperti ini.” Kata Erika, kagum dengan hasil perban Carol yang rapi.
“Hahaha. Biasa saja. Ini memang sudah tugasku sebagai petugas kesehatan.” Jawab Carol dengan santai.
“Hah? Kamu petugas kesehatan? Bukannya kamu ketua OSIS?” Tanya Erika.
“Iya. Selain menjabat sebagai ketua OSIS, aku juga menjabat sebagai ketua klub karate, ketua perpustakaan, ketua petugas kesehatan.”
“Banyak sekali! Apa kamu tidak kelelahan?” Tanya Erika dengan nada prihatin.
“Haha. Tidak, aku sudah biasa melakukan banyak pekerjaan sekaligus. Lagipula, aku menikmatinya.” Jawab Carol sambil membuang perban-perban yang sudah kotor ke tempat sampah.
“Hebat. Aku salut padamu.” Kata Erika dengan jujur. Dia benar-benar kagum pada Carol.
“Terima kasih. Ayo, aku akan mengantarmu ke kelasmu.” Carol membantu Erika berdiri. Dan kemudian mereka berjalan sampai ke kelasnya Erika.

Setelah kejadian itu, Erika dan Carol sering terlihat sedang berjalan bersama. Erika senang berteman dengan orang yang baik dan tegas seperti Carol. Dan Carol juga senang berteman dengan orang yang suka memperhatikan orang lain seperti Erika. Ya, Erika adalah gadis yang sangat memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Dia adalah gadis yang baik, walaupun banyak orang yang menganggapnya sebagai anak nakal hanya karena dia suka ngebut-ngebutan tiap malam. Tapi, Carol tidak peduli dengan pendapat orang-orang. Karena dia hanya percaya dengan apa yang dia lihat di dalam diri Erika daripada apa yang orang-orang katakan tentang Erika.
Festival olahraga akan diadakan beberapa minggu lagi. Carol sibuk mempersiapkan berbagai hal. Dengan kesibukannya sebagai ketua OSIS, dia jadi tidak mempunyai waktu untuk bersama dengan Erika. Erika merasa kesepian karena dia baru saja memiliki teman yang baik seperti Carol. Karena itu, Erika memutuskan untuk membantu Carol dalam mengurus berbagai keperluan yang diperlukan untuk festival olahraga.
Erika bersemangat dalam menjalani tugasnya. Dia mengumpulkan angket-angket di setiap kelas. Karena pada dasarnya Erika adalah orang yang bersemangat dan suka menolong, jadi dia menikmati setiap hal yang dia lakukan. Apalagi dia melakukannya bersama-sama dengan Carol. Tapi walaupun banyak yang senang berteman dengannya, tidak sedikit juga yang tidak suka padanya. Selain karena kesannya yang tidak baik di mata orang-orang, juga karena dia dekat dengan Carol. Ketua OSIS yang banyak dikagumi oleh gadis-gadis di sekolahnya.
Karena hal itu, Erika sering dijahati saat dia datang ke kelas-kelas untuk mengumpulkan angket. Yang paling sering mengerjainya adalah Risa dan kawan-kawannya. Semua orang tahu kalau Risa memiliki perasaan terhadap Carol. Karena itu, tentu saja Risa merasa cemburu kepada Erika yang akrab dengan orang yang disukainya itu.
“Eh! Kamu tidak malu ya, menggoda orang yang disukai Risa?” Tanya seorang teman Risa yang kelihatannya adalah orang yang suka memulai perkara.
“Hah? Maaf, aku tidak mengerti apa maksudmu. Memangnya, siapa yang kugoda? Siapa yang Risa sukai?” Tanya Erika dengan polosnya. Karena memang dia tidak tahu apa yang dimaksud.
“Kamu pasti pura-pura bersikap bodoh. Apakah cara ini yang kamu gunakan untuk menggoda ketua OSIS?” Tanya teman Risa yang lainnya.
“Ketua OSIS? Maksudmu Carol? Jadi Risa suka pada Carol?” Tanya Erika yang mulai memahami alasan kemarahan mereka terhadapnya.
“Iya. Akhirnya kamu mengerti juga. Dasar bodoh! Sekarang kamu sudah tahu masalahnya, jadi tolong jangan terlalu dekat dengan Carol. Risa tidak suka melihatnya!” Kata teman Risa yang suka memulai perkara itu.
“Hmm…. Tidak. Aku tidak akan menuruti kalian. Karena aku juga menyukai Carol. Dan kalau Risa menyukainya, dia juga seharusnya berusaha supaya Carol menyukai dia. Bukan melakukan hal yang tidak penting seperti ini. Sudah ya, aku mau pergi.” Kata Erika dengan santainya pergi meninggalkan mereka.

Akhirnya, dengan kerja keras dari semua panitia penyelenggara dan bantuan dari Erika, festival olahraga bisa berjalan dengan baik. Itu yang diharapkan. Tapi ternyata ada saja masalah yang terjadi saat festival berlangsung. Dari hilangnya tongkat yang diperlukan untuk lomba lari estafet, sampai hilangnya beberapa hadiah yang akan diberikan untuk para pemenang. Tapi itu bukan masalah, karena sesuai dugaan Erika bahwa penyebab semua itu adalah Risa dan teman-temannya.
Masalahpun teratasi, namun ada masalah lain yang timbul di antara Erika dan Carol. Semua itu karena percakapan yang terjadi di antara Erika, Carol, dan Risa saat mereka bertanya tentang hilangnya perlengkapan festival olahraga. Saat itu Risa tidak sengaja mengatakan pada Carol tentang perasaan Erika terhadapnya. Dan hal itu membuat suasana yang ada di antara Carol dan Erika menjadi tidak enak.
Festival olahraga telah usai. Saatnya Erika untuk pulang. Saat akan pulang, Carol memanggilnya dan menawarkan untuk  mengantar Erika sampai ke rumahnya. Akhirnya mereka pulang bersama. Lama sekali tidak ada percakapan di antara mereka. Akhirnya Carol membuka percakapan.
“Apakah benar apa yang dikatakan oleh Risa tadi?” Tanya Carol.
“Hah? Tentang apa?” Tanya Erika pura-pura tidak tahu apa yang ditanyakan oleh Carol. ‘Celakalah aku. Carol akan membenciku kalau dia tahu perasaanku yang sesungguhnya.’ Katanya di dalam hati.
“Yah…. Itu…. Tentang kamu suka padaku.” Kata Carol sambil menggaruk-garuk kepalanya. Sepertinya diapun malu membahas hal ini.
“Oh…. Ehm…. Memangnya kalau benar, kenapa?” Tanya Erika dengan berhati-hati.
“Kalau benar…. Yah….” Carol terdiam dan menundukkan kepalanya.
“Kalau benar kenapa? Hey, kenapa tidak dijawab?” Tanya Erika dengan tidak sabar.

Tiba-tiba, Carol menatap mata Erika. Dengan wajah serius, Carol menggenggam tangan Erika dan berkata….
“Kalau benar, berarti kita memiliki perasaan yang sama. Karena, aku juga menyukaimu.” Kata Carol dengan sungguh-sungguh.
“A…. Apa? Benarkah itu?” Tanya Erika memastikan bahwa yang didengarnya itu tidak salah.
“Ya, aku menyukaimu Erika. Sudah sejak lama aku menyukaimu.” Kata Carol.
“Bagaimana bisa?” Tanya Erika, tidak mengerti maksud dari kata-kata Carol.
“Iya. Mungkin kamu sudah lupa. Tapi aku selalu mengingat perjumpaan pertama kita. Saat kita masih kelas 1 SMA, aku adalah seorang biker. Aku suka ngebut-ngebutan tiap malam, dan suka membuat onar. Tapi, suatu hari aku berjumpa denganmu dan aku melihat di dalam dirimu, kamu memiliki kesan yang kuat. Saat itu kamu sedang menolong sekumpulan anak-anak di sebuah taman. Anak-anak itu sedang diganggu oleh beberapa preman yang ada di daerah itu. Kamu bersikap tegas dengan preman-preman itu, dan kamu tidak takut dengan mereka. Hanya untuk menolong anak-anak kecil itu. Saat itu, aku tidak mengambil pusing dengan kejadian itu walaupun aku merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatiku. Dan aku berusaha melupakan perasaan itu. Tapi, setelah aku dekat denganmu aku ingat bahwa kamulah gadis yang saat itu kulihat. Dan aku jatuh cinta padamu. Sejak aku melihatmu saat itu.” Kata Carol menjelaskan dengan sedetail-detailnya.
“Aku…. Tidak tahu hal itu…. Ternyata, kamu sudah lebih dulu mengenalku. Tidak pernah kusangka.” Kata Erika.

Dan, jelaslah semua. Bahwa mereka memiliki perasaan yang sama satu sama lain. Mereka memulai hubungan mereka. Tidak lama setelah itu, Risa mengungkapkan perasaannya kepada Carol. Tapi terlambat. Carol sudah memiliki Erika di hatinya.
Enam bulan lamanya mereka menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih. Carol mengajak Erika ke pantai. Tidak disangka, Carol menjemput Erika dengan motornya. Padahal, sudah lama sekali Carol tidak mengendarai motor kesayangannya itu. Dengan bergandengan tangan, mereka berjalan di pinggir pantai sambil merasakan air laut yang membasahi kaki mereka.
“Apa kamu tahu Carol, alasanku menjadi seorang biker?” Tanya Erika pada Carol setelah lama berjalan di pinggir pantai.
“Apa alasanmu?” Tanya Carol.
“Karena aku suka merasakan belaian lembut angin malam yang mengenai wajahku ketika aku mengendarai motor. Maksudku menjadi seorang biker hanya untuk itu. Tapi, entah mengapa orang-orang jadi menganggapku sebagai anak yang ‘nakal’.” Kata Erika menjelaskan.
“Hahaha. Alasan yang sangat sederhana ya, Erika.” Kata Carol menanggapi penjelasan Erika. “Tapi, memang begitulah manusia. Mereka tidak akan tahu apa yang sesungguhnya sebelum mereka mengetahui jawaban yang sebenarnya. Mereka selalu menerka-nerka hal-hal yang tidak memiliki jawaban yang pasti. Dan selalu, hal-hal itu dibumbui oleh pikiran-pikiran mereka yang melebih-lebihkan. Itulah yang membuat semua masalah menjadi semakin rumit.” Kata Carol, mencoba memberikan penjelasan kepada Erika.
“Benar sekali. Karena itu, aku malas mengurusi tanggapan-tanggapan mereka. Biarlah mereka berpikir sesuai kemauan mereka. Dan aku berpikir sesuai dengan pikiranku sendiri. Karena, yang paling mengetahui diriku sendiri adalah aku. Bukan orang lain.” Jawab Erika sambil tersenyum kepada Carol.
“Iya. Ngomong-ngomong, ada yang ingin kuberikan padamu.” Carol merogoh saku celananya dan memberikan Erika sebuah kotak kecil yang dibungkus oleh kertas berwarna ungu muda yang indah dan diikat oleh seuntai pita berwarna merah muda.
“Apa ini Carol?” Tanya Erika tidak mengerti.
“Happy 6 months anniversary!” Ucap Carol dengan riang. “Ini adalah hadiahku untukmu.”

Carol menyuruh Erika membuka kotak itu. Setelah dibuka, di dalam kotak itu ternyata berisikan sepasang cincin perak yang indah sekali. Di masing-masing cincin itu terukir huruf “E” dan “C”. Kemudian Carol mengambil cincin yang terukir dengan huruf “C” dan memasangkannya di jari manis Erika.
“I…. Ini….” Erika terkejut dengan pemberian Carol.
“Ini adalah cincin pertunangan kita. Cincin bertuliskan huruf “C” ini kuberikan untukmu agar kamu selalu mengingatku. Dan cincin yang berukirkan huruf “E” yang adalah inisial namamu akan aku pasangkan di jari manisku. Aku ingin memberikan cincin ini dengan inisial nama yang berbeda agar kamu selalu ada di dalam hatiku, selamanya.” Kata Carol dengan lembut.
“Oh…. Terima kasih Carol. Kamupun akan selalu ada di dalam hatiku, selamanya.” Jawab Erika, sambil meneteskan airmata.

Mereka berpelukan dan kemudian melihat matahari terbenam bersama-sama. Setelah itu, mereka pulang. Saat dalam perjalanan, tiba-tiba ada mobil besar yang menghantam motor mereka dari sebelah kanan. Mobil itu tidak mentaati lampu lalu lintas yang ada. Akibatnya, mereka terpental sejauh tiga meter. Dan mereka kehilangan kesadaran.
Mereka dibawa ke rumah sakit terdekat oleh orang-orang yang kebetulan melihat kejadian itu. Sedangkan pengendara mobil yang mencelakai mereka pergi tanpa bertanggungjawab dengan perbuatannya.
Mereka dirawat di dalam satu ruangan yang sama. Satu jam berlalu…. Dua jam berlalu…. Pada saat empat jam mereka dirawat, kesadaran mereka berdua mulai muncul. Namun, kondisi mereka sudah parah sekali. Untuk berbicarapun sudah sangat sulit bagi mereka. Kemudian, dengan sekuat tenaga Carol menggenggam tangan Erika. Dan dia berkata….
“Erika…. Aku…. A, aku akan selalu mencintaimu…. Selamanya….” Kata Carol dengan susah payah.
“Aku…. Juga akan selalu…. Mencintaimu…. Carol.” Jawab Erika sambil berusaha tersenyum.

Tidak lama setelah itu, mereka menghembuskan nafas terakhir. Dengan saling berpegangan tangan. Dan dengan cincin yang terpasang di jari manis mereka masing-masing yang sudah berlumuran dengan darah. Inilah cinta…. Cinta yang akan selalu abadi, sampai selama-lamanya….


END


10 comments:

  1. Lica, saya jadi susah nih, mau senang atau sedih. sedih karena mereka meninggal, atau senang karena mereka meninggal bersama-sama dalam keadaan saling mencintai. Tapi, perasaan senang lebih kuat dibanding perasaan sedih.
    Hehe, kalimatnya bagus, mengalir dengan lancar. Saya suka dengan erika yang mempertahankan Carol dan tidak mengalah dengan Risa.

    Saya pertamaxxxx kan? hehe

    ReplyDelete
  2. wahahahaha! bingung ya? yg penting mereka bahagia deh. :)
    iya, saya suka dengan Erika yg cuek aja sama perlakuan jahatnya Risa dkk. hehe :)

    iya, anda pertamaaaaxxxx. selamat2. hehehehe :)

    ReplyDelete
  3. Yah sial ga pertamax..kalah ma abang..
    (=T3T=)
    Why??knpa cinta mrka brakhir tragis??

    ReplyDelete
  4. nice story..you have gust..keren sekali lica..biarpun tragis,,tapi sesuai selera.. ^^

    ReplyDelete
  5. sweet dark little love story i like it
    mungkinkah ada sequelnya at the underworld perhaps hehehehe.......

    ReplyDelete
  6. wah, klo di underworld jd menyeramkan dong. percintaan hantu2.... hehehehe

    ReplyDelete
  7. sad-happy ending story... nice... tp biar mantab kata ktany jg terlalu kaku sist... oke dahhh... kwkwk

    ReplyDelete
  8. ( -̩̩-͡ . --̩̩͡ ) ( -̩̩-͡ . --̩̩͡ ) ( -̩̩-͡ . --̩̩͡ )
    ( -̩̩-͡ . --̩̩͡ ) ( -̩̩-͡ . --̩̩͡ ) ( -̩̩-͡ . --̩̩͡ )


    22-5-09

    ReplyDelete