PERHATIAN !!!

Cerita-cerita yang ada di dalam blog ini adalah hasil karya yang perlu dihargai.. Karena itu jika anda ingin meng-copypaste cerita-cerita ini, harap menyertakan linkback ke blog ini. Terima kasih.

Saturday, March 20, 2010

Request Story : My Sweet Piano Girl



Aku terpesona saat melihat permainan pianonya yang sangat indah. Baru kali ini aku melihat permainan piano seorang gadis, jemarinya begitu lembut menekan tuts-tuts piano. Yang membuatku semakin terpesona adalah, karena gadis pemain piano ini tak dapat melihat. Ya, aku sedang menghadiri pertunjukkan musik orang-orang cacat yang diadakan di panti asuhan dekat rumahku.
Aku jatuh cinta pada gadis itu. Walaupun kutahu dia tak sama sepertiku yang memiliki indra yang lengkap. Setelah selesai pertunjukkan, aku menghampiri gadis itu dan aku melihat wajahnya dengan jarak yang dekat. Matanya berwarna coklat terang dan indah. Senyumnya manis, wajahnya cantik, secara fisik dia sempurna. Tak ada yang tahu kalau dia tak dapat melihat. Aku semakin terpesona dengannya.
Aku berkenalan dengan gadis itu. Nama gadis itu adalah Vania, usianya baru 17 tahun. Nama yang indah, sesuai dengan imagenya yang lembut dan dewasa. Dan aku memberitahu namaku padanya. Namaku Nathan. Aku menjelaskan diriku padanya karena dia tak dapat melihat. Orang-orang sering berkata aku bisa menjadi idola dengan wajahku yang seperti ini. Tinggiku 175 cm, kulitku sering dikatakan seperti kulit seorang gadis karena putih dan terawat. Dan hal itu membuatku minder. Ya, dari penjelasanku kalian bisa menyimpulkan bahwa aku adalah pria yang seperti apa.
Sebagai mahasiswa, boleh dikatakan aku adalah orang yang kuper. Aku tak pernah menjalin hubungan dengan seorang gadis sebelumnya. Namun bukan berarti aku tak tertarik pada mereka. Hanya belum menemukan gadis yang tepat.
Dan, saat ini aku jatuh cinta kepada gadis pemain piano ini. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. Dan aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Aku ingin tahu semua tentang dirinya. Mungkin ini aneh, karena sulit untuk jatuh cinta kepada seseorang. Kita harus mengenal mereka dulu, baru kita bisa tahu apakah kita jatuh cinta padanya atau tidak. Namun, entah mengapa aku begitu tertarik dengan gadis ini.
Sejak saat itu, aku jadi sering mengunjungi panti asuhan tempatnya berada untuk menemuinya. Dan orang-orang panti asuhan juga menyambutku dengan ramah. Walaupun panti asuhan ini adalah panti asuhan yang kecil, tapi suasana di dalamnya terasa hangat. Aku sering ngobrol dengan Vania. Dia adalah gadis yang ramah dan baik hati.
Aku     : “Mengapa kau bisa bermain piano dengan sangat baik?”
Vania   : “Ibuku adalah seorang pianis terkenal. Dan saat usiaku 5 tahun, dia mengajariku bermain piano. Awalnya rasanya sulit, karena aku tak dapat melihat. Namun ternyata aku bisa mengingat nada-nadanya dengan baik. Jadi tak terlalu sulit untukku.”
Aku     : “Oh…. Hebatnya…. Aku kagum pada semangatmu.”
Vania   : “Terima kasih. Tapi dia hanya mengajariku sampai usiaku 8 tahun. Dan setelah itu dia meninggalkanku di panti asuhan ini.”
Aku     : “Mengapa dia melakukan hal itu?”
Vania   : “Aku tak tahu. Dia hanya berkata padaku kalau aku akan bahagia di tempat ini. Dan dia berjanji akan menjemputku jika keadaan sudah membaik.”
Aku     : “Dan sampai saat ini dia belum menjemputmu?”
Vania   : “Ya. Tapi aku akan terus menantinya hingga ia menjemputku.”
Hening…. Suasana menjadi tak enak. Kami berdua duduk dalam diam. Karena tidak enak dia berusaha untuk mencairkan suasana. Dia mengajakku membuat kue bersama anak-anak panti asuhan yang lainnya. Aku menikmati hari itu.
Hari-hari selanjutnya juga berjalan dengan baik. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Dan dia pernah berkata padaku dia ingin dunia tahu permainan pianonya. Agar dia dapat berjumpa dengan ibunya lebih cepat dan agar dia dapat memberikan sesuatu yang bisa dia berikan untuk panti asuhan yang telah membesarkan dan merawatnya sampai saat ini.
Untuk itu, aku berusaha menolongnya. Aku mencari tahu dimanakah tempat yang akan mengadakan kontes piano agar dia dapat ikut serta dalam kontes tersebut. Aku yakin, dia yang akan menjadi juaranya.
Pada suatu hari, aku tak sengaja mendengar pembicaraan ibu pemilik panti asuhan bersama dengan seorang bapak yang tidak dikenal. Isi pembicaraan mereka kurang lebih membahas tentang panti asuhan ini. Bapak itu ingin membeli panti asuhan ini untuk dijadikan sebuah tempat perbelanjaan. Ibu pemilik panti asuhan meminta waktu untuk berpikir.
Kemudian bapak itu pamit dan pergi. Ibu pemilik panti asuhan melihatku ada disana.
Ibu Pemilik     : “Apakah kau mendengar semuanya tadi?”
Aku                 : “Ya. Maafkan saya, saya tidak bermaksud mendengarnya.”
Ibu Pemilik     : “Tak apa. Tapi, tolong jangan kau ceritakan pada siapapun. Terutama pada Vania.”  Aku                  : “Mengapa aku tak boleh menceritakan hal ini padanya?”
Ibu Pemilik     : “Aku tak ingin dia merasa terbebani. Karena jika panti asuhan ini tak ada, dia sudah tak memiliki tempat untuk pulang.”
Aku                 : “Bukankah dia masih memiliki ibu yang berjanji akan menjemputnya?”
Tiba-tiba ibu pemilik panti asuhan terdiam. Wajahnya terlihat sangat sedih….
Ibu Pemilik      : “Sebenarnya, ibunya tidak akan menjemputnya lagi.”
Aku                 : “A…. Apa? Mengapa bisa begitu?”
Ibu Pemilik      : “Ya. Tepatnya, ibunya sudah tak bisa menjemputnya.”
Aku                 : “Mengapa dia tak bisa menjemputnya? Apakah dia sudah tak ingat dan tak sayang pada Vania lagi?” (tanyaku dengan nada sedikit kesal)
Ibu Pemilik      : “Bukan begitu. Ibunya sayang…. Bahkan sangat sayang padanya. Makanya dia meninggalkan Vania 9 tahun yang lalu disini.”
Aku                 : “Apa alasannya?”
Ibu Pemilik      : “Karena…. Karena pada saat itu ibunya tengah mengindap penyakit yang parah….” (airmatanya mulai mengalir)
Aku                 : (terkejut dan tak dapat berkata apa-apa)
Ibu Pemilik      : “Tak lama setelah Vania ditinggalkan disini, ibunya meninggal dunia. Aku tak sanggup memberitahukannya pada Vania. Jadi aku diam saja.”
Aku                 : “Tidak! Vania harus tahu hal ini! Karena dia terus menanti ibunya sampai saat ini! Dia percaya ibunya akan datang menjemputnya suatu saat nanti!”
Ibu Pemilik      : “Aku takut, Vania akan semakin sedih jika dirinya tahu hal ini. Dan sekarang aku sedang berpikir bagaimana caranya untuk mempertahankan panti asuhan tempatnya tinggal saat ini.”
Aku                 : “Mempertahankan? Maksud anda?”
Ibu Pemilik      : “Ya. Bapak yang datang tadi adalah tuan tanah. Dia datang untuk membeli tanah ini.”  Aku                 : “Mengapa dia ingin membelinya?”
Ibu Pemilik      : “Karena aku sudah tak mampu untuk membiayai panti asuhan ini. Dan dia menawari untuk membeli panti asuhan ini dan dijadikan tempat perbelanjaan.”
Aku                 : “Apakah Vania tahu hal ini?”
Ibu Pemilik      : “Tidak. Dia tak tahu. Aku tak ingin membebaninya dengan banyak hal.”
Setelah selesai bercakap-cakap dengan ibu pemilik panti asuhan, aku pergi ke tempat aku biasa bertemu dengan Vania. Dan aku tak menemukan dia disana. Aku mencarinya tapi tak menemukan dia dimana-mana. Karena tak menemukannya, akupun pulang.
Esoknya, aku kembali ke panti asuhan dan bertemu dengan Vania. Wajahnya terlihat sangat lesu. Aku menghampirinya dan bertanya padanya.
Aku     : “Mengapa kau terlihat begitu lesu?”
Vania   : “Ah, Nathan! Aku tak tahu kau datang.”
Aku     : “Ya, aku sudah datang dan melihatmu begitu lesu. Ada apa?”
Vania   : “Tidak. Tak ada apa-apa.”
Aku     : “Benarkah?”
Tiba-tiba Vania menangis. Aku yang bingung berusaha menghiburnya. Setelah menangis agak lama dan sudah agak tenang, dia berkata kepadaku….
Vania   : “Maaf, aku tak sengaja mendengar percakapanmu dengan ibu pemilik panti asuhan.”
Aku     : “Hah? Kau mendengar semuanya?”
Vania   : “Ya, aku mendengar semua yang kalian bicarakan.”
Aku     : “Jadi…. Kau tahu tentang ibumu….?”
Vania   : “Ya, dan juga tentang panti asuhan….”
Aku     : “Dan…. Itukah alasanmu menangis?”
Vania   : “Ya, aku takut…. Takut kehilangan semuanya….” (kembali menangis) “Apakah kau bisa menolongku Nathan?”
Aku     : “Aku bisa menolongmu mencari tempat untuk kontes piano.”
Vania   : “Terima kasih. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu seumur hidupku. Kau adalah orang yang sangat baik Nathan….”
Aku     : “Akupun tak akan pernah melupakanmu. Gadis yang saat ini memenuhi hatiku.”
Tak sengaja aku berkata seperti itu. Vania terlihat terkejut, namun akhirnya dia kembali tenang. Dan berkata,
Vania   : “Terima kasih atas perasaanmu. Aku tak pernah menyangka masih ada lelaki yang mencintai diriku. Dan aku juga merasa, kaulah orang yang telah ditakdirkan untuk bersamaku. Dan, aku bahagia kaulah orangnya.”
Aku     : “Ya, aku juga sangat bahagia bisa berjumpa denganmu.”
Setelah itu, aku mencari tempat yang akan mengadakan kontes piano. Dan akhirnya aku menemukan tempat yang akan mengadakan kontes piano tak jauh dari panti asuhan. Aku segera memberitahu kabar baik ini kepada Vania dan ibu pemilik panti asuhan. Ibu pemilik panti asuhan dengan semangat mempersiapkan segala hal yang diperlukan Vania untuk ikut serta dalam kontes tersebut. Vania pun dengan giat berlatih lagu yang akan dia mainkan dalam kontes.
Tibalah hari yang dinanti. Kami semua bersiap untuk pergi ke kontes tersebut. Namun Vania telah pergi lebih dulu dari kami. Karena para peserta harus sampai lebih dulu daripada penonton untuk mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam kontes. Semua sudah siap untuk berangkat.
Dan, aku berniat untuk melamarnya saat kontes ini selesai. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku tak ingin menyia-nyiakan waktu bersamanya. Aku ingin segera bisa hidup dengan Vania. Aku sudah mempersiapkan banyak hal untuk mengejutkan dia, dan dibantu oleh seluruh penghuni panti asuhan. Aku juga mempersiapkan pesta untuk merayakan kemenangannya.
Saat kami berjalan menuju tempat kontes, kami melihat banyak orang berkerumun di jalan. Kami penasaran apa yang sedang terjadi dan melihat apa yang dilihat oleh kerumunan orang tersebut. Kami sangat terkejut ketika melihat Vania tergeletak di jalan. Tubuhnya berlumuran darah. Aku dan ibu pemilik panti asuhan segera menghampirinya sambil menunggu ambulans tiba.
Namun, sudah terlambat. Vania sudah tak bisa diselamatkan lagi. Ibu pemilik panti asuhan menangis dan berkata ‘Maafkan aku…. Maafkan aku….’ Berulang kali. Aku hanya bisa duduk dan menangis dalam diam.
Aku sempat berpikir dalam hati, ‘Mengapa semua ini harus terjadi?’. Mengapa hal ini terjadi pada saat kami berdua baru saja menjalani hubungan ini? Aku tak habis pikir, mengapa Tuhan rela melihatku tersiksa seperti ini. Namun, apa daya…. Kami hanyalah manusia biasa yang tak bisa lari dari kematian. Akupun belajar untuk mengikhlaskannya. Walaupun terasa amat sulit dan tersiksa….
Persiapan yang telah susah payah kulakukan hanya untuk dirinya kini sia-sia. Dia telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan aku, meninggalkan seluruh penghuni panti asuhan. Aku tak pernah menyangka, pesta kemenangannya akan menjadi acara pemakamannya.
Setelah pemakaman Vania, ibu pemilik panti asuhan menjual tanahnya untuk dijadikan tempat perbelanjaan. Bapak tuan tanah berkata keuntungan dari tempat itu akan dipakai untuk membuat panti asuhan yang lebih baik. Ibu pemilik panti asuhan kemudian berkata kepadaku….
Ibu Pemilik      : “Kupikir mungkin ini yang terbaik untuk Vania…. Kini, ia tak perlu memikirkan hal-hal yang hanya membuatnya sedih….”
Aku                 : “Ya, saya juga berpikir seperti itu. Kini, saya yakin dia sudah tenang di atas sana.”
Ibu Pemilik      : “Saat ini, dia pasti sudah bertemu dengan ibunya dan bahagia di atas sana….”
Vania, aku tidak akan pernah melupakan nama yang indah itu. Nama seorang gadis yang mengajarkan padaku arti cinta yang sesungguhnya. Nama seorang gadis yang mengajarkan padaku ketulusan hati yang suci dan murni. Aku akan selalu mengenangmu, Vania….
END
Request By : Vania Septiani

9 comments:

  1. kenapa cerita ini tidak ada commentnya ya?

    ReplyDelete
  2. Kisah yang bagus. tapi sayang berakhir sedih, padahal saya pengen ngeliat bagaimana kisah ini berakhir kalau Vania masih hidup.

    ReplyDelete
  3. nice story....
    dan sepertinya kl di blog enigma selalu ada Lica Lawliet dan di Love Story pasti ada Enigma... hmmmmmm
    @ Lica : good job, ayo bikin story yang lebih keren lagi ya... ditunggu loh

    (D-dheque)

    ReplyDelete
  4. @D-dheque : hehe, thx ya D.. lagi mikir cerita yg bagus nih.. hehe -n,n-

    ReplyDelete
  5. salam kenal kak ^_^
    saya juga punya blog yang diisi cerita, jadi boleh request ga?

    ReplyDelete
  6. salam kenal kak
    aq dah bc sebagian critax..
    keren!!
    Oya aq kenal kak Lica dr blogx mas enigma 2

    ReplyDelete
  7. @Leo: tentu saja boleh. Ayo request. -n,n-

    ReplyDelete
  8. sori baru dijawab sekarang, request cerita yang berunsur fantasy dong ^_^

    ReplyDelete
  9. wahh... vania kok tiba-tiba mati sih..
    kasihan....
    tapi dia tegar banget ya? menanti ibunya datang menjemputnya..

    oh!! jangan-jangan.. ibunya baru datang menjemput di saat kontes itu akan berlangsung.. waahhh..

    kasihan nathan...

    --si pengagum

    ReplyDelete